Mosul – Bersamaan dekatnya operasi besar-besaran untuk merebut kota Mosul dari ISIS, bayang-bayang pembantaian menghantui warga yang tin...
Mosul – Bersamaan dekatnya operasi besar-besaran untuk merebut kota Mosul dari ISIS, bayang-bayang pembantaian menghantui warga yang tinggal di ibukota Provinsi Ninawe itu. Mereka takut menjadi korban kampanye militer brutal yang menargetkan siapa saja di wilayah yang dikontrol ISIS itu.
Berbagai kekuatan di Irak telah sepakat menggulirkan pertempuran bersama untuk menghadapi ISIS di Mosul. Mulai dari militer pemerintah, Kurdi, milisi Syiah hingga Amerika Serikat dan Perancis ambil bagian. Belum lama berita kebrutalan milisi Syiah terhadap warga Sunni di wilayah yang sudah dibebaskan dari ISIS, terutama di provinsi Shalahudin.
Harian online Al-Araby Al-Jadid, Ahad (02/10), melaporkan bahwa jet tempur koalisi internasional meluncurkan serangkaian serangan ke sejumlah daerah di Mosul. Salah satu serangan menewaskan sedikitnya 23 sipil dan melukai belasan lainnya, sebagaimana dikabarkan sumber medis dan setempat.
“Sedikitnya 23 sipil tewas, 17 di antaranya wanita dan seorang anak kecil, akibat serangan udara yang menargetkan sebuah rumah di lingkungan An-Najar di pusat kota Mosul. Serangan ini diluncurkan jet tempur AS,” lapor sumber medis kepada Al-Araby Al-Jadid.
Seorang dokter di rumah sakit umum Mosul mengonfirmasi sedikitnya 23 korban tewas telah tiba di rumah sakit antara pukul sembilan pagi hingga sebelas malam. Menurut dokter yang tak disebutkan namanya itu, jasad-jasad tersebut korban serangan udara yang menghantam rumah di lingkungan Ar-Raqi di Mosul Kota.
Evakuasi jasad-jasad tersebut dari bawah reruntuhan memakan waktu dua jam. Sementara korban selama sebanyak 11 orang. Saat ini mereka mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
Sumber setempat menambahkan, gempuran udara itu menargetkan kompleks perumahan di daerah tersebut. Di saat yang sama, sebuah pabrik dan gedung pemerintah di selatan dan barat daya Mosul menjadi sasaran jet tempur AS.
Saksi mata lainnya mengatakan, masjid-masjid di pusat Mosul menyeru para warga menuju ke rumah sakit untuk menyumbangkan darahnya bagi para korban selamat. Rasa takut, teror dan cemas menyelimuti warga akibat semakin intensnya serangan udara.
Di sisi lain, organisasi ISIS yang mengontrol kota tersebut melarang warga meninggalkan kota. Mereka dipaksa tinggal di Mosul dan berjuang bersama mempertahankan wilayah.
Menurut sejumlah sumber, nampaknya ISIS tidak ada rencana untuk meninggalkan Mosul. Mereka mempersiapkan pertempuran itu dengan menggali parit, terowongan dan menanam banyak bom. Inilah yang membuat pasukan pemerintah dan Barat lambat untuk memulai pertempuran tersebut.
Sementara itu, Direktur Organisasi Perdam Irak untuk Hak Asasi Manusia Muhammad Ali mengatakan bahwa kabar pasukan gabungan pemerintah membuat wilayah aman untuk warga sipil tidak benar. Mereka terus meluncurkan serangan brutal dan mengindahkan warga sipil.
“Di sana ada sikap abai terhadap warga sibil. Kami hanya bisa mengharap mukjizat dari Allah semoga Allah para pihak yang berseteru menunjukkan sifat ksatria,” ujarnya.(kiblat)